P
E M I
M P I N
Aturan
yang baik dan benar, mendukung kehidupan yang baik dan benar.
PEMIMPIN,
adalah impian semua orang bahkan binatang juga mempunyai keinginan atau naluri
untuk menjadi pemimpin.
Karena
biasanya pemimpin mendapat perlakuan atau hak yang lebih baik, sebagai imbalan
dari perbuatannya yang membawa kemashalahatan bagi lingkungannya.
Ini
adalah hukum alam, hukum keseimbangan, ketentuan Tuhan Yang Maha Esa.
Manusia
memang dijadikan atau diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa, untuk menjadi
pemimpin dimuka bumi ini.
Oleh
sebab itu, untuk menjadi pemimpin harus mengikuti tuntunan serta ajaran Tuhan
Yang Maha Esa.
Kepemimpinan
diluar aturan dan ketentuan Tuhan Yang Maha Esa, bukanlah kepemimpinan, akan
tetapi kekuasaan.
ALLAH,
Tuhan Yang Maha Esa, dalam Al-Quran, mengibaratkan seorang pemimpin itu sebagai
: Cahaya dalam ruang yang dindingnya kaca / cermin, dimana bayangan cahaya
didalam cermin menjadi bayangan yang jumlahnya tidak terhingga, mulai dari yang
didekat sumber cahaya, berurutan
berlapis - lapis kebelakangnya menjauhi pusat cahaya.
Cahaya tersebut berasal
dari pelita yang minyaknya adalah minyak zaitun, yang banyak manfaatnya, serta pohonnya tumbuh tidak ditimur atau
tidak dibarat sesuatu. (An-Nur 35)
Cahaya
pelita mengibaratkan seorang pemimpin yang memberikan manfaat kepada lingkungannya,
dengan seadil – adilnya, tanpa pilih kasih.Sedangkan
pantulan cahaya didalam cermin yang berlapis lapis adalah lingkungan yang
menerima cahaya dari sumber cahaya (pelita), yang mengibaratkan lingkungan
kepemimpinannya.
Agar supaya cahaya pelita tetap bersinar dengan terang, tidak redup, atau padam, maka harus dijaga agar minyak zaitunnya selalu cukup, dan kacanya harus dijaga tetap bersih. Demikian juga halnya dengan kepemimpinan, harus dijaga dengan selalu bersih, bersikap adil dan banyak memberikan manfaat bagi lingkungannya, berdasarkan tuntunan dsan ketentuan Tuhan Yang Maha Esa.
Semakin terang cahaya pelita, semakin terang dan semakin banyak jumlah lapisan bayangan cahaya yang kelihatan didalam cermin, semakin besar dan luas lingkup kepemimpinannya. atau sinar yang menerangi, tidak pernah memilih siapa atau apa yang akan disinarinya, semuanya yang membutuhkan penerangan bisa mendapatkan cahayanya.
Agar supaya cahaya pelita tetap bersinar dengan terang, tidak redup, atau padam, maka harus dijaga agar minyak zaitunnya selalu cukup, dan kacanya harus dijaga tetap bersih. Demikian juga halnya dengan kepemimpinan, harus dijaga dengan selalu bersih, bersikap adil dan banyak memberikan manfaat bagi lingkungannya, berdasarkan tuntunan dsan ketentuan Tuhan Yang Maha Esa.
Semakin terang cahaya pelita, semakin terang dan semakin banyak jumlah lapisan bayangan cahaya yang kelihatan didalam cermin, semakin besar dan luas lingkup kepemimpinannya. atau sinar yang menerangi, tidak pernah memilih siapa atau apa yang akan disinarinya, semuanya yang membutuhkan penerangan bisa mendapatkan cahayanya.
Bagi manusia / pemimpin, cahaya tersebut adalah NUR ILLAHI. Cahaya yang merupakan karunia ALLAH kepada ummatNYA, bukan seperti cahaya atau sinar yang kita kenal, karena NUR ILLAHI merupakan salah satu sifat ALLAH (Asmaa ul Husna), dengan demikian tidak sama dengan semua ciptaanNYA. (Al – Ikhlas)
NUR ILLAHI, akan selalu tercurah tanpa henti kepada manusia yang beriman dan taqwa kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, serta bersikap adil dan banyak memberikan manfaat bagi lingkungannya.
Semakin banyak memberikan manfaat, dan semakin luas lingkungan yang menerima manfaatnya, semakin banyak menerima NUR ILLAHI, semakin besar dan luas kepemimpinannya.
Sebaliknya
apabila perbuatan yang melanggar ketentuan dan ajaran Tuhan Yang Maha Esa, akan
mengurangi, bahkan bisa tidak lagi mendapatkan Nur Illahi.Maka
berkurang atau berakhir pulalah kemampuan kepemimpinannya.
Fakta
sejarah cukup banyak menceritakan kisah – kisah kepemimpinan orang – orang
terdahulu, yang bisa diambil sebagai bahan pelajaran, agar supaya kekeliruan
masa lalu tidak terulang kembali.
Disamping
petunjuk atau tuntunan didalam kitab – kitab suciNYA, banyak kejadian dialam
semesta, yang bisa dijadikan pelajaran untuk membimbing diri menjadi pemimpin
yang baik.
Cahaya
matahari yang menerangi tatasurya kita, memberikan cahaya dan energinya, guna
mendukung berlangsungnya kehidupan, adalah gambaran yang bisa diteladani oleh
manusia, untuk menjadi pemimpin.
Ada
sumber – sumber cahaya lain, seperti cahaya lampu penerangan dirumah, yang pada
waktu malam didatangi oleh banyak sekali serangga, yang bermacam – macam jenisnya, yang hidup
disekitar cahaya tersebut.
Semakin
terang cahayanya, semakin bayak serangga yang datang.
Demikian
juga nelayan apabila menangkap ikan dilaut, pada malam yang gelap. mempergunakan
lampu yang terang untuk menarik ikan agar berkumpul didekat cahaya tersebut dan
masuk kedalam jala penangkapnya.
Semakin
terang cahayanya, semakin banyak ikan yang datang, semakin banyak yang bisa
ditangkap.
Pada
hakekatnya kehidupan selalu membutuhkan cahaya.
Pada
waktu siang hari dimana sinar matahari cukup untuk menjalani aktivitas
kehidupan, maka lampu – lampu penerangan dimatikan. Akan tetapi dimalam hari
atau cahaya matahari dirasakan kurang menerangi, akan dihidupkan lampu – lampu
untuk menerangi.
Jadi
kehidupan memang selalu membutuhkan cahaya untuk penerangan.
Persoalannya
sekarang adalah, apakah mau menjadi pemimpin yang selalu bisa memberikan
cahayanya seperti matahari, ataukah akan menjadi pemimpin sewaktu diperlukan
saja, atau pemimpin yang diperalat seperti lampu penerangan yang dihidupkan
apabila diperlukan dan dimatikan apabila tidak diperlukan atau karena ada
cahaya lain yang lebih terang dan lebih baik.
Apabila
ingin menjadi pemimpin yang abadi. harus mencontoh matahari yang dengan
ketaatan mutlak mengikuti ketentuan dan aturan
Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Usia
manusia terbatas, akan tetapi kepemimpinan abadi sepanjang masa dalam kenangan.Manusia
akan mati, tetapi kepemimpinannya akan tetap abadi dijadikan teladan bagi
generasi selanjutnya.
Sebagai
contoh, misalnya Presiden Soekarno pernah menjadi pemimpin bangsa yang sangat
disukai dan dicintai rakyat. Ditahun
lima puluhan, dimana televisi belum ada, seluruh rakyat Indonesia akan
berkumpul didepan radio masing – masing mendengarkan pidato presiden Soekarno
dari awal sampai akhir, dengan asik, ada yang menyiapkan minuman dan makanan
kecil, untuk dinikmati sambil mendengar pidato presiden Soekarno.
Sayangnya diakhir kepemimpinan beliau, Nur Illahi
berangsur meredup dan beliau terpaksa meninggalkan kepemimpinan atas bangsa
Indonesia, dengan cara yang kurang baik.
Walaupun demikian, dimasa – masa
“kegelapan” sebagian rakyat Indonesia, masih merasakan nikmatnya cahaya yang
pernah bersinar dizaman kepemimpinan presiden Soekarno.
Kenangan tersebut
bahkan dihidupkan dan dimanfaatkan sebagai simbol – simbol untuk menarik
perhatian dan simpati masyarakat. Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Orang
Minangkabau, mengungkapkan atau mengibaratkan pemimpin itu bagaikan :
Pohon besar
ditengah padang, batangnya tempat bersandar, dahannya besar untuk bergantung,
daunnya rindang tempat berteduh, buahnya lebat untuk dimakan.
Tempat bertanya
bagi yang akan pergi, dan tempat berberita bagi yang kembali.
Bagi pemimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia,
disamping figur pemimpin diatas, ada
persyaratan khusus antara lain yang harus dipenuhi yaitu :
1.
Taat kepada tuntunan serta ajaran agama
yang ber- Ketuhan Yang Maha Esa.
2. Mengerti, memahami maksud dan tujuan
yang dituangkan didalam PEMBUKAAN Undang – Undang Dasar 1945.
3.
Mau dan mampu menyelenggarakan kehidupan
bangsa dan negara, untuk mewujudlan cita – cita kemerdekaan bangsa Indonesia,
berdasarkan Undang – Undang Dasar 1945
dan PANCA SILA.
4. Memahami keberagaman adat istiadat dari
bangsa Indonesia, serta keberagaman agama yang dianut rakyatnya.
5. Mampu menjaga dan menggelorakan semangat
nasionalisme dan patriotisme sepanjang masa, didalam dada setiap warga negara
Indonesia.
Tidak
sulit untuk menjadi pemimpin, hanya saja mungkin lupa membaca tanda – tanda
atau tuntunan yang diberikan oleh Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
Bagi yang mau menjadi pemimpin
bangsa Indonesia yang akan dikenang sepanjang masa, berbuatlah kebaikan yang
membawa kemashlahatan bagi seluruh rakyat Indonesia, dengan kembali kepada Undang – Undang Dasar
1945, yang murni dengan penuh tanggung jawab, berdasarkan tuntunan dan ajaran
Tuhan Yang Maha Esa, guna mencapai tujuan kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Artinya,
pemimpin bangsa Indonesia, harus bisa membawa rakyat Indonesia hijrah dari
suasana penuh dengan penyelewengan dan ketidak teraturan, kepada suasana yang
teratur berdasarkan Undang – Undang Dasar 1945 yang murni.
Hijrah
ini harus dimulai oleh sang pemimpin, kemudian baru secara bertahap mengajak,
menghimbau, dan membawa rakyat Indonesia melakukan hijrah untuk mengikuti
Undang – Undang Dasar 1945 yang murni, guna mencapai tujuan kemerdekaan bangsa
Indonesia.
Hijrah
ini tidak berbeda dengan hijrah dalam sejarah agama Islam, hanya berbeda cara
dan waktunya saja. Tujuannya adalah sama yaitu membawa kemashlahatan bagi
seluruh rakyat Indonesia, yaitu mencapai cita – cita kemerdekaan bangsa
Indonesia, kehidupan yang berkeadilan sosial, berdasarkan Ketuhanan Yang maha
Esa. (Panca Sila).
Hijrah
dalam sejarah agama Islam, juga dimulai oleh Nabi Muhammad SAW, dengan meninggalkan
kota Mekkah, dan semua yang dicintainya, berangkat menuju Madinah.
Baru
kemudian secara bertahap, berangsur – angsur
pengikut beliau mengikuti hijrah ke Madinah.Semua
yang hijrah berbekal kepada keimanan yang kuat kepada kebenaran agama Islam, walaupun
dengan resiko meninggalkan segala sesuatu yang dimiliki dan dicintai.
Hijrah
pemimpin dan rakyat Indonesia, harus berdasarkan keimanan yang kuat kepada
Tuhan Yang Maha Esa (Sila pertama Panca Sila), dan keyakinan bahwa Undang –
Undang Dasar 1945 (sebelum diamandemen), adalah yang baik dan cocok bagi bangsa
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Seberat
apapun konsekwensinya, demi masa depan bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, hijrah dari semua kesalahan, kekeliruan dan penyelewengan, kembali
kepada cita - cita kemerdekaan bangsa
Indonesia, adalah sesuatu yang harus dihadapi oleh pemimpin dan bangsa
Indonesia, guna mencapai tujuan kemerdekaannya.
Bagi
yang tidak mau hijrah, termasuk orang – orang yang mengingkari Undang – Undang
Dasar 1945, bisa ditindak sesuai dengan undang – undang yang berlaku.
Dengan
selalu mengharapkan perlindungan, bimbingan, petunjuk, izin serta ridha ALLAH
SWT, semua halangan dan rintangan akan bisa dilalui dengan selamat.
Demikianlah
sekelumit sumbangan pemikiran bagi bangsa dan negara tercinta, serta bagi yang
ingin menjadi pemimpin bangsa Indonesia.
Semoga
bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar