Jumat, 14 Desember 2012

PEMIMPIN



P  E  M  I  M  P  I  N
Aturan yang baik dan benar, mendukung kehidupan yang baik dan benar.

PEMIMPIN, adalah impian semua orang bahkan binatang juga mempunyai keinginan atau naluri untuk menjadi pemimpin.
Karena biasanya pemimpin mendapat perlakuan atau hak yang lebih baik, sebagai imbalan dari perbuatannya yang membawa kemashalahatan bagi lingkungannya.

Ini adalah hukum alam, hukum keseimbangan, ketentuan Tuhan Yang Maha Esa.

Manusia memang dijadikan atau diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa, untuk menjadi pemimpin dimuka bumi ini.
Oleh sebab itu, untuk menjadi pemimpin harus mengikuti tuntunan serta ajaran Tuhan Yang Maha Esa.
Kepemimpinan diluar aturan dan ketentuan Tuhan Yang Maha Esa, bukanlah kepemimpinan, akan tetapi kekuasaan.

ALLAH, Tuhan Yang Maha Esa, dalam Al-Quran, mengibaratkan seorang pemimpin itu sebagai : Cahaya dalam ruang yang dindingnya kaca / cermin, dimana bayangan cahaya didalam cermin menjadi bayangan yang jumlahnya tidak terhingga, mulai dari yang didekat sumber cahaya, berurutan berlapis - lapis kebelakangnya menjauhi pusat cahaya. 
Cahaya tersebut berasal dari pelita yang minyaknya adalah minyak zaitun, yang banyak manfaatnya, serta pohonnya tumbuh tidak ditimur atau tidak dibarat sesuatu. (An-Nur 35)

Cahaya pelita mengibaratkan seorang pemimpin yang memberikan manfaat kepada lingkungannya, dengan seadil – adilnya, tanpa pilih kasih.Sedangkan pantulan cahaya didalam cermin yang berlapis lapis adalah lingkungan yang menerima cahaya dari sumber cahaya (pelita), yang mengibaratkan lingkungan kepemimpinannya. 


Agar supaya cahaya pelita tetap bersinar dengan terang, tidak redup, atau padam, maka harus dijaga agar minyak zaitunnya selalu cukup, dan kacanya harus dijaga tetap bersih. Demikian juga halnya dengan kepemimpinan, harus dijaga dengan selalu bersih, bersikap adil dan banyak memberikan manfaat bagi lingkungannya, berdasarkan tuntunan dsan ketentuan Tuhan Yang Maha Esa. 
 
Semakin terang cahaya pelita, semakin terang dan semakin banyak jumlah lapisan bayangan cahaya yang kelihatan didalam cermin, semakin besar dan luas lingkup kepemimpinannya.     atau sinar yang menerangi, tidak pernah memilih siapa atau apa yang akan disinarinya, semuanya yang membutuhkan penerangan bisa mendapatkan cahayanya.


Bagi manusia / pemimpin, cahaya tersebut adalah NUR ILLAHI. Cahaya yang merupakan karunia ALLAH kepada ummatNYA, bukan seperti cahaya atau sinar yang kita kenal, karena NUR ILLAHI merupakan salah satu sifat ALLAH (Asmaa ul Husna), dengan demikian tidak sama dengan semua ciptaanNYA. (Al – Ikhlas)



NUR ILLAHI, akan selalu tercurah tanpa henti kepada manusia yang beriman dan taqwa kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, serta bersikap adil dan banyak memberikan manfaat bagi lingkungannya.

Banyak sedikitnya limpahan NUR ILLAHI, yang diterima tergantung dari kwalitas perbuatan dan kedekatannya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa.

Semakin banyak memberikan manfaat, dan semakin luas lingkungan yang menerima manfaatnya, semakin banyak menerima NUR ILLAHI, semakin besar dan luas kepemimpinannya.

Sebaliknya apabila perbuatan yang melanggar ketentuan dan ajaran Tuhan Yang Maha Esa, akan mengurangi, bahkan bisa tidak lagi mendapatkan Nur Illahi.Maka berkurang atau berakhir pulalah kemampuan kepemimpinannya. 

Fakta sejarah cukup banyak menceritakan kisah – kisah kepemimpinan orang – orang terdahulu, yang bisa diambil sebagai bahan pelajaran, agar supaya kekeliruan masa lalu tidak terulang kembali. 

Disamping petunjuk atau tuntunan didalam kitab – kitab suciNYA, banyak kejadian dialam semesta, yang bisa dijadikan pelajaran untuk membimbing diri menjadi pemimpin yang baik.  

Cahaya matahari yang menerangi tatasurya kita, memberikan cahaya dan energinya, guna mendukung berlangsungnya kehidupan, adalah gambaran yang bisa diteladani oleh manusia, untuk menjadi pemimpin.  

Ada sumber – sumber cahaya lain, seperti cahaya lampu penerangan dirumah, yang pada waktu malam didatangi oleh banyak sekali serangga, yang  bermacam – macam jenisnya, yang hidup disekitar cahaya tersebut. 
Semakin terang cahayanya, semakin bayak serangga yang datang. 

Demikian juga nelayan apabila menangkap ikan dilaut, pada malam yang gelap. mempergunakan lampu yang terang untuk menarik ikan agar berkumpul didekat cahaya tersebut dan masuk kedalam jala penangkapnya.   

Semakin terang cahayanya, semakin banyak ikan yang datang, semakin banyak yang bisa ditangkap.   

Pada hakekatnya kehidupan selalu membutuhkan cahaya. 

Pada waktu siang hari dimana sinar matahari cukup untuk menjalani aktivitas kehidupan, maka lampu – lampu penerangan dimatikan. Akan tetapi dimalam hari atau cahaya matahari dirasakan kurang menerangi, akan dihidupkan lampu – lampu untuk  menerangi. 

Jadi kehidupan memang selalu membutuhkan cahaya untuk penerangan. 

Persoalannya sekarang adalah, apakah mau menjadi pemimpin yang selalu bisa memberikan cahayanya seperti matahari, ataukah akan menjadi pemimpin sewaktu diperlukan saja, atau pemimpin yang diperalat seperti lampu penerangan yang dihidupkan apabila diperlukan dan dimatikan apabila tidak diperlukan atau karena ada cahaya lain yang lebih terang dan lebih baik.  

Apabila ingin menjadi pemimpin yang abadi. harus mencontoh matahari yang dengan ketaatan mutlak mengikuti ketentuan dan aturan  Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.  

Usia manusia terbatas, akan tetapi kepemimpinan abadi sepanjang masa dalam kenangan.Manusia akan mati, tetapi kepemimpinannya akan tetap abadi dijadikan teladan bagi generasi selanjutnya. 

Sebagai contoh, misalnya Presiden Soekarno pernah menjadi pemimpin bangsa yang sangat disukai dan dicintai rakyat. Ditahun lima puluhan, dimana televisi belum ada, seluruh rakyat Indonesia akan berkumpul didepan radio masing – masing mendengarkan pidato presiden Soekarno dari awal sampai akhir, dengan asik, ada yang menyiapkan minuman dan makanan kecil, untuk dinikmati sambil mendengar pidato presiden Soekarno. 

Sayangnya diakhir kepemimpinan beliau, Nur Illahi berangsur meredup dan beliau terpaksa meninggalkan kepemimpinan atas bangsa Indonesia, dengan cara yang kurang baik. 

Walaupun demikian, dimasa – masa “kegelapan” sebagian rakyat Indonesia, masih merasakan nikmatnya cahaya yang pernah bersinar dizaman kepemimpinan presiden Soekarno. 

Kenangan tersebut bahkan dihidupkan dan dimanfaatkan sebagai simbol – simbol untuk menarik perhatian dan simpati masyarakat. Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa :   

 Pemimpin adalah bagaikan sinar / cahaya yang menghilangkan kegelapan.

Orang Minangkabau, mengungkapkan atau mengibaratkan pemimpin itu bagaikan : 


Pohon besar ditengah padang, batangnya tempat bersandar, dahannya besar untuk bergantung, daunnya rindang tempat berteduh, buahnya lebat untuk dimakan. 
Tempat bertanya bagi yang akan pergi, dan tempat berberita bagi yang kembali. 

Bagi pemimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia, disamping figur pemimpin diatas,  ada persyaratan khusus antara lain yang harus dipenuhi yaitu :

1.     Taat kepada tuntunan serta ajaran agama yang ber- Ketuhan Yang Maha Esa.

2. Mengerti, memahami maksud dan tujuan yang dituangkan didalam PEMBUKAAN Undang – Undang Dasar 1945.

3.     Mau dan mampu menyelenggarakan kehidupan bangsa dan negara, untuk mewujudlan cita – cita kemerdekaan bangsa Indonesia, berdasarkan  Undang – Undang Dasar 1945 dan PANCA SILA.

4. Memahami keberagaman adat istiadat dari bangsa Indonesia, serta keberagaman agama yang dianut rakyatnya.

5.   Mampu menjaga dan menggelorakan semangat nasionalisme dan patriotisme sepanjang masa, didalam dada setiap warga negara Indonesia.
 

Tidak sulit untuk menjadi pemimpin, hanya saja mungkin lupa membaca tanda – tanda atau tuntunan yang diberikan oleh Allah, Tuhan Yang Maha Esa. 

Bagi yang mau menjadi pemimpin bangsa Indonesia yang akan dikenang sepanjang masa, berbuatlah kebaikan yang membawa kemashlahatan bagi seluruh rakyat Indonesia,  dengan kembali kepada Undang – Undang Dasar 1945, yang murni dengan penuh tanggung jawab, berdasarkan tuntunan dan ajaran Tuhan Yang Maha Esa, guna mencapai tujuan kemerdekaan Bangsa Indonesia. 

Artinya, pemimpin bangsa Indonesia, harus bisa membawa rakyat Indonesia hijrah dari suasana penuh dengan penyelewengan dan ketidak teraturan, kepada suasana yang teratur berdasarkan Undang – Undang Dasar 1945 yang murni. 

Hijrah ini harus dimulai oleh sang pemimpin, kemudian baru secara bertahap mengajak, menghimbau, dan membawa rakyat Indonesia melakukan hijrah untuk mengikuti Undang – Undang Dasar 1945 yang murni, guna mencapai tujuan kemerdekaan bangsa Indonesia. 

Hijrah ini tidak berbeda dengan hijrah dalam sejarah agama Islam, hanya berbeda cara dan waktunya saja. Tujuannya adalah sama yaitu membawa kemashlahatan bagi seluruh rakyat Indonesia, yaitu mencapai cita – cita kemerdekaan bangsa Indonesia, kehidupan yang berkeadilan sosial, berdasarkan Ketuhanan Yang maha Esa. (Panca Sila).

Hijrah dalam sejarah agama Islam, juga dimulai oleh Nabi Muhammad SAW, dengan meninggalkan kota Mekkah, dan semua yang dicintainya, berangkat menuju Madinah. 
Baru kemudian secara bertahap, berangsur – angsur  pengikut beliau mengikuti hijrah ke Madinah.Semua yang hijrah berbekal kepada keimanan yang kuat kepada kebenaran agama Islam, walaupun dengan resiko meninggalkan segala sesuatu yang dimiliki dan dicintai. 

Hijrah pemimpin dan rakyat Indonesia, harus berdasarkan keimanan yang kuat kepada Tuhan Yang Maha Esa (Sila pertama Panca Sila), dan keyakinan bahwa Undang – Undang Dasar 1945 (sebelum diamandemen), adalah yang baik dan cocok bagi bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Seberat apapun konsekwensinya, demi masa depan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, hijrah dari semua kesalahan, kekeliruan dan penyelewengan, kembali kepada cita -  cita kemerdekaan bangsa Indonesia, adalah sesuatu yang harus dihadapi oleh pemimpin dan bangsa Indonesia, guna mencapai tujuan kemerdekaannya. 

Bagi yang tidak mau hijrah, termasuk orang – orang yang mengingkari Undang – Undang Dasar 1945, bisa ditindak sesuai dengan undang – undang yang berlaku. 

Dengan selalu mengharapkan perlindungan, bimbingan, petunjuk, izin serta ridha ALLAH SWT, semua halangan dan rintangan akan bisa dilalui dengan selamat.   
Demikianlah sekelumit sumbangan pemikiran bagi bangsa dan negara tercinta, serta bagi yang ingin menjadi pemimpin bangsa Indonesia.  

Semoga bermanfaat.



   


 






 



 







 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar